Ucie dan 'Notes From Ternate'
|
Sore belum begitu menguning. Ucie menelepon, hari itu ia meminta saya menghubungi semua kenalan yang punya lembaga penerbitan buku. Esoknya saya bergerak cepat menghubungi beberapa lembaga penerbitan. Tapi siang itu hari Senin, saya juga dihubungi Budi Nurgianto, seorang jurnalist yang bekerja untuk majalah Tempo, ia mengingatkan saya untuk stay di layar laptop mengikuti program Fellowsea yang diselenggarakan SIEJ dan Yayasan EcoNusa secara virtual.
\n\n\n\nUcie memang tak suka marah-marah, bahkan ketika tugas yang ia berikan diabaikan sekalipun ia hanya akan membalas dengan senyum. Pemandangan ini saya jumpai hampir di setiap saat, di Kantor, di rumah, di ruang-ruang diskusi mahasiswa, bahkan di dalam forum sosialisasi pengawasan pemilu bersama masyarakat. Ia tetap dengan ciri khasnya, murah senyum dan suka bersenda gurau. Ucie di mata saya adalah lelaki santun, pendidik, berwibawa, bermartabat, dan memiliki prinsip yang tak mudah goyah.
\n\n\n\nRabu 4 Agustus siang. Ucie kembali menelepon, ia bilang akan menyerahkan buku ; Notes From Ternate kepada bang Ga’, sapaan akrab Mohammad Asghar Saleh. Itu sebabnya ia meminta alamat rumahnya, tanpa basa-basi saya langsung memberikan alamat rumah yang bersangkutan. Setelah itu saya meminta izin untuk menuliskan sepucuk apresiasi tentang buku ; Notes From Ternate, yang oleh Prof. Dr. Muhammad, SIP.,M.Si, Ketua DKPP RI menyebut buku ini berisi tulisan yang “genit tapi menggigit”.
\n\n\n\nSore itu, Jumat 15 Juli, saya memang sengaja tak mau diganggu karena betul-betul ingin memahami Ucie lewat buku ; Notes From Ternate – Catatan Pengawasan Pilkada Ternate Tahun 2020 - yang ia tulis menjelang 10 hari pertama ramadhan 1442 hijriah. Kata Ucie, “ada kenikmatan tersendiri ketika menulis ini di bulan ramadhan” saya pun demikian menikmati 200 lembar buku ini dalam waktu hampir 7 jam. Dalam hati saya berujar, tulisan-tulisan ini kelak akan menjadi catatan yang diburu banyak orang, bahkan setelah Ucie tak lagi berada di lembaga pengawasan politik.
\n\n\n\n25 catatan yang yang dirangkum menurut saya adalah hasil kerja keras, kerja kreatif, kerja kolaborasi, serta keringat pimpinan dan jajaran Bawaslu Kota Ternate yang tetap akan basah ketika dibaca ulang. Dalam buku ini nama Kifli Sahlan, Sulfi Majid, Abdul Hamdy Alydrus, jajaran pengawas, serta warga Kota Ternate ditempatkan pada posisi yang paling terhormat. Itu sebabnya, di halaman xvi – xvii, Ucie beri ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka semua. Semoga semua keringat mereka menjadi ladang amal di sisi Allah SWT. Amiin.
\n\n\n\nSebagai sosok intelektual, Ucie memiliki pikiran yang luas dan selalu menjunjung nilai keadilan dan kejujuran. Ia berusaha menggugah keberanian pengawas pemilu dalam sikap dan konsistensinya. Di tengah-tengah problem politik ia memilih jalan preventif, kadang-kadang ia juga tegas bertindak. Prinsip-prinsip itu ia pegang demi kemajuan demokrasi. Baginya, hanya ada dua pilihan, berdiri tegak atau tidak sama sekali. Sikap itu dipengaruhi oleh kebiasaannya semasa menjadi aktivis mahasiswa beberapa tahun silam.
\n\n\n\n“Notes From Ternate” tidak hanya sekadar catatan pengawasan pemilu, tetapi juga memperkaya sudut pandang kita tentang cara menjaga harkat dan martabat demokrasi yang dalam sambutan pembuka, M. Afifuddin, Kordiv PHL Bawaslu RI menyebut “Bawaslu harus meninggalkan catatan yang menjadi legacy yang dapat di ingat, lebih lagi dijadikan referensi-pijakan, dalam pelaksanaan pemilu pada masa selanjutnya”.
\n\n\n\nMenurut M. Afifuddin, buku ini tidak hanya mengisahkan tentang kebijakan, rekomendasi, keputusan dan putusan yang dikeluarkan Bawaslu Kota Ternate, tetapi juga menuangkan kesan dan pesanya secara pribadi pada banyak momen penyelenggaran pesta demokrasi di wilayah kerjanya. Pengalaman dan sudut pandang pribadi itu memberi nilai lebih yang dapat menyentuh kalbu setiap orang yang membacanya.
\n\n\n\nAwalnya saya ingin menulis resensi lengkap tentang 25 catatan yang bertajuk ; Rekrutmen – Pilkada, Desember atau Tunda – Pasca Perppu – Membakar Ragu – Gerbang Indepen Ternate 2020 – Jalan Berliku Calon Perseorangan – Akhir Jalan Muhdi-Gazali – Coklit – De Pe Es – De Pe Te – Kampanye Musim Pandemi – Damai Berkampanye – Debat Publik Ternate – APK dan Konsistensi Kaban AS – ASN (Aku Semestinya Netral) – Cora dan Dafo – IKP Ternate Rawan Ketiga – Cahaya Dari Tadenas – Ternate Kaliber-Kaliber Ternate – Pojok Pengawasan – Tukang – Tritas Sinergi – Coblos – Rekapitulasi – Mahkamah dan Ternate Bangga.
\n\n\n\nNamun setelah di pikir-pikir, biarlah orang lain yang menilai Ucie lewat bukunya, “genit tapi menggigit” adalah salah satu bentuk kepuasan Prof. Dr. Muhammad, SIP.,M.Si saat melucuti satu demi satu kisah dalam buku yang Ucie tulis. Buku ini bagi saya adalah kendaraan yang bisa membawa kita pulang untuk bernostalgia dengan kisah-kisah Pemilu di tahun 2020. Selamat membaca. [**]
\n\n\n\nApresiator : Nasarudin Amin
\n