Perangi Hoaks, Bawaslu dan Forum Marasai Gelar Pelatihan Cek Fakta
|
TERNATE – Bawaslu Kota Ternate dan alumni Sekolah Kader Pengawasan Partisipatif (SKPP) yang terhimpun dalam forum Mari Awasi Pemilu (Marasai) Kota Ternate kembali menggelar Kelas Demokrasi, Bersama Bersinergi (Kadera Besi) dengan tajuk Cek Fakta di Musim Politik.
\n\n\n\nKegiatan yang digelar pada Rabu, (29/6/2022) pekan kemarin itu menghadirkan Budi Nurgianto, Trainer Cek Fakta dan Jurnalis Tempo sebagai narasumber. Budi pada kegiatan itu memperkenalkan ciri-ciri informasi hoaks dan bahayanya. Selain itu, ia juga memperkenalkan sejumlah tools yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi keaslian dari sumber informasi palsu yang beredar di dunia maya.
\n\n\n\nKordiv PHL Bawaslu Kota Ternate, Rusly Saraha menjelaskan, kegiatan Cek Fakta yang diselenggarakan kali ini dilatarbelakangi oleh fenomena suburnya penyebaran informasi hoaks melalui platform media sosial, terutama di musim pemilu. “Kita sedang membangun SDM pengawas Bawaslu, paling tidak kita bisa belajar tentang cara mengidentifikasi sumber informasi hoaks dan pola penyebarannya di musim pemilu,” ucap Rusly.
\n\n\n\nMenurut dia, pada saat tahapan pemilu berlangsung, biasanya konten informasi palsu akan berseliweran di dunia maya. Karenanya, Bawaslu akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi sumber kegaduhan dunia maya yang disebabkan oleh massive nya informasi palsu tersebut. “SDM kita cukup terbatas, tapi kita akan berupaya semaksimal mungkin untuk itu. Sebab, black campaign juga sering di distribusikan lewat media sosial,” paparnya.
\n\n\n\nBudi Nurgianto, Trainer Cek Fakta dan Jurnalis Tempo saat memaparkan materi mengatakan, setiap musim pemilu peternak hoaks akan memanen hasilnya. Artinya, hoaks akan tumbuh sangat subur di musim politik. Dampaknya kata dia, bisa menimbulkan kepanikan, menyebabkan rasa takut, memicu kebencian, menimbulkan konflik dan bahkan bisa menimbulkan kecemasan.
\n\n\n\n“Saya percaya hoax juga akan memunculkan aspek-aspek ini, jika pengawas pemilu tidak respek terhadap situasi seperti ini, bahkan bisa menimbulkan publik kehilangan kepercayaan terhadap lembaga pengawasan pemilu, karena itu pengawas pemilu perlu dibekali dengan pengetahuan mengeai cek fakta,” ujar Budi.
\n\n\n\nJurnalis yang bekerja untuk majalah Tempo ini mengungkapkan, ada tiga faktor yang bisa menyebabkan hoaks semakin tumbuh subur. Pertama, pesatnya pengunaan internet. Kedua, rendahnya budaya literasi, dan Ketiga, minimnya media yang terlibat cek fakta.
\n\n\n\n“Ada data mengenai potret pengguna internet kita. Dimana Indonesia berada di peringkat 4 pengguna internet terbesar Asia. Menurut situs riset internet Worlds Stats, Pengguna internet di tanah air mencapai 78 juta jiwa dari total jumlah penduduk 255 juta jiwa. Di Maluku Utara sendiri, menurut data pengguna internet, di Ternate ada 6000 atau di Maluku Utara 40 persen pengguna internet ada di Ternate,” jelas Budi.
\n\n\n\nYang menarik menurut Budi, pengawas pemilu selain melakukan pengawasan melekat di lapangan, juga memiliki tanggung jawab besar terhadap pengawasan penyebaran informasi hoaks yang dimunculkan melalui internet.
\n\n\n\n“Kenapa, karena masyarakat kita terlalu cenderung percaya hoax. Lalu bagaimana jika ada oknum yang melaporkan sebuah kasus money politik yang sumber videonya diperoleh dari media sosial? siapa yang bisa memverifikasi fakta tersebut? Karena itu pengawasan pemilu juga perlu memiliki keahlian untuk melakukan verifikasi fakta tersebut dan cek fakta menjadi sarana untuk menjawab tantangan tersebut,” ungkapnya. (HBT)
\n\n\n\nPenulis/Editor : Nasarudin
\n\n\n\nFoto : Humas Bawaslu Ternate
\n