Lompat ke isi utama

Berita

Menyelami Kolase Sleman Dari Ternate

Menyelami Kolase Sleman Dari Ternate
\n

Penulis : Rusly Saraha (Kordiv. Pengawasan BAWASLU Ternate)

\n\n\n\n

Sepuluh hari sebelum perayaan hari merdeka, saya dikirimi buku dari Sleman. Judulnya “Kolase Pengawasan, dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sleman Tahun 2020”. Karya ini dibikin oleh kawan-kawan Bawaslu Kabupaten Sleman. Sungguh, ini suatu hadiah terbaik ditengah semarak merah putih yang berkibar dimana-mana, meski buku yang dikirimi oleh Mas Ketua M. Abdul Karim Mustofa dalam bentuk portable document format via whatsapp.

\n\n\n\n

Saya harus menaruh hormat atas kepiawaian kawan-kawan Sleman.  Tak mudah memang memungut aneka pemikiran dan untaian kisah dari berbagai divisi, memolesnya menjadi satu, menjadi buku. Tapi soal yang “rumit” itu sudah dilewati dengan mulus oleh Punggawa Bawaslu Sleman, M.Abdul Karim Mustofa, Vici Herawati, Arjuna Al Ichsan Siregar, Ibnu Darpito dan Sutoto Jatmiko. Soal karya, ini bukan barang baru buat mereka. Semenjak dua tahun  lalu, kelimanya telah memproduksi dua karya buku, yakni Footnote : Catatan Pengawasan Pemilu 2019 di Sleman (Cakrawala Yogyakarta : 2019) dan buku Form A, Serba Serbi Pengawasan Pemilu 2019 (Bawaslu Sleman : 2020).

\n\n\n\n

Sebagai produk ketiga, Kolase menjadi warisan terbaik bagi publik untuk menyerap informasi yang berkaitan dengan kinerja pengawasan yang dilakoni oleh Bawaslu Sleman pada Pilkada 2020.  Kolase juga menjadi cahaya yang menyinari tradisi intelektual di lingkungan penyelenggara Pemilu, sesuatu yang saat ini mungkin agak sunyi dan gulita. Perihal ini, Herman Oesman, sosiolog Maluku Utara mengurai kata-kata pengingat bagi kita “Ditengah menguatnya tradisi menunduk karena gadget dan mekarnya pengetahuan pragmatis, buku merupakan oase untuk membangun kesadaran pengetahuan yang vital. Mereka yang berkarya seolah memahami ungkapan : Debita ab erudite quoque libris reverential atau kehormatan orang-orang terpelajar berasal dari buku”.

\n\n\n\n

Dengan Kolase itu pula, kita seperti menemukan eksistensi sejati dari pengawas Pemilu yang ditunjukkan oleh Bawaslu Sleman. Saya beruntung ikut menyelami Kolase Sleman itu dari Ternate, turut menyaksikan rentetan kinerja preventif yang dilakoni, menatap dalam-dalam upaya penindakan yang dilakukan, menikmati setiap jejak-jejak pengawasan yang tumpah dari kaki-kaki kuat dan tegak yang tak henti melangkah memastikan demokrasi bermartabat tumbuh mekar di bumi Sembada.

\n\n\n\n

Bagaimana itu dilakukan..?. Lihatlah keterbukaan kawan-kawan Sleman dalam mempublikasikan anggaran pengawasan di lembaga mereka, baik dari APBN maupun APBD. Di banyak tempat, soal anggaran ini sangat berhijab, bahkan berlapis-lapis. Tetapi di Kolase Sleman, segalanya diurai terbuka mulai dari uraian kegiatan, anggaran, realisasi, sisa, serta keterangan. Karena itu saya menduga, jika tim kerja Bawaslu Sleman, baik komisioner maupun sekretariat adalah tim-tim yang solid, mereka tak memberi ruang sedikitpun bagi sikap saling curiga, salah sangka yang menyeruak kemana-mana atau tanda tanya-tanda tanya yang sejenisnya.

\n\n\n\n

Tentang penguatan kapasitas, saya mesti bilang bahwa Sleman merupakan yang paling aktif di Indonesia. Saat saya tulis ini, mereka sedang menyelenggarakan Pentas Pemilu (Peningkatan Kapasitas Pengawas Pemilu), sebuah diskusi online zoom meeting dengan suguhan tema apik dan narsum menarik yang ramai dihiasi peserta dari seluruh Indonesia. Jauh sebelum itu, pada Juni 2020 saat jeda penundaan Pilkada, Bawaslu Sleman telah mendesain Sekolah Pengawas Pemilu Adhoc (SPPA) yang menyuplai nutrisi pengetahuan bagi Panwascam dan Panwaslu Desa yang diberhentikan sementara.

\n\n\n\n

Betapa tak ada ruang kosong yang sia-sia, kawan-kawan Bawaslu Sleman seolah terus memacu energi dan pemikirannya untuk terus bergerak, mereka bersinergi, bahu-membahu menuntun jalan pencerahan dengan kreasi, juga inovasi. Saya mesti memuji pelatihan soft skill yang dilakukan Bawaslu Sleman terhadap jajaran adhoc mereka, selain pelibatan pihak eksternal (Universitas Amikom), juga karena materi-materi pelatihannya sangat menarik dan diperlukan, diantaranya teknik fotografi, pembuatan video pendek, pembuatan website dan penelusuran berita-berita hoax.

\n\n\n\n

Perihal kinerja pengawasan, Kolase menumpahkan banyak kisah bagaimana konsistensi Bawaslu Sleman memastikan data bersih pada proses pemutakhiran data pemilih. Semenjak DP4 diumumkan, Bawaslu Sleman telah berdiri siaga mengatur langkah. Saat Coklit, mereka mengawal secara efektif, hingga DPS diumumkan, sampai DPT ditetapkan dengan kerja-kerja terencana (Validasi data di komputer, Verfak di lapangan dan Koordinasi secara berjenjang di level penyelenggara).

\n\n\n\n

Di masa kampanye, selain suasana pandemi Covid-19 yang mendera, juga terdapat potensi ancaman lava dan erupsi Gunung Merapi yang berstatus siaga menyelimuti spirit pengawasan Bawaslu Sleman. Metode kampanye yang tanpa Kampanye Rapat Umum seolah memberi titik baik, tetapi fokus terhadap kampanye tatap muka, pertemuan terbatas, debat publik, pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK), penyebaran bahan kampanye dan model kampanye via media sosial teguh dilakukan.

\n\n\n\n

Lagi-lagi soal APK, selalu dan senantiasa menjadi sorotan. 1.741 APK tak sesuai aturan ditertibkan penyelenggara pemilihan dan Satpol PP di Sleman. Situasi seperti ini terkadang memancing konsentrasi Pengawas Pemilu, kita dituntut tegakkan aturan ditengah sikap tak taat aturan yang dipertontonkan peserta pemilihan. Mengenai APK yang bernuansa provokatif-pun tak luput dari pengawasan Bawaslu Sleman. Lima buah spanduk bertuliskan “Dinasti Ojo Dinanti” ditertibkan, disamping puluhan spanduk provokatif lainnya. Besar kemungkinan serangan itu ditujukan kepada Calon Bupati Kustini Sri Purnomo, yang tak lain merupakan istri Bupati Sleman dua periode, Sri Purnomo.

\n\n\n\n

Usai kampanye, Bawaslu Sleman sebagaimana Kolase memimpin operasi efektif patroli pengawasan di masa tenang terhadap potensi politik uang, termasuk fokus melakukan supervisi terhadap TPS rawan bencana dan rawan konflik sosial. Di Hari H, 9 Desember 2020, konsistensi pengawasan terhadap pelaksanaan pungut hitung sesuai prosedur pemilihan serta penghormatan terhadap protap pengendalian dan pencegahan Covid-19 intens dilakukan. Hingga tahap rekapitulasi, yang berlangsung mulus meski diikuti dengan belum efektifnya penggunaan teknologi Si-Rekap yang dipunyai jajaran mitra, KPU.

\n\n\n\n

Dalam aspek penanganan pelanggaran, Kolase menyebutkan empat kasus pelanggaran administrasi tuntas ditunaikan Bawaslu Sleman. Selain itu Bawaslu Sleman juga menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran kode etik mengenai unggahan konten video Paslon tertentu di media twitter KPU Sleman, dengan menyampaikan laporan dimaksud ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Dalam persidangan, DKPP mengabulkan permohonan pengadu (Bawaslu Sleman) untuk sebagian dan menjatuhkan peringatan kepada satu orang anggota KPU Sleman dan satu orang staf sekretariat KPU Sleman.

\n\n\n\n

Lalu bagaimana dengan torehan gerakan preventif yang dilakukan..?. Di Kolase, kita akan meresapi aneka suguhan langkah yang dihamparkan Bawaslu Sleman. Di Halaman 133 – 140, kita akan mengecup berbagai langkah kolaboratif itu, mulai dari forum bersama stakeholder, forum warga, sinergi SKPP, Desa Anti Politik Uang, Koordinasi Pemantauan dengan Lembaga Pemantau Pemilihan (KISP, FORPI dan JCW), Koneksi dengan media serta Gerakan Sosial berupa pembagian stiker dan spanduk, serta perlombaan penulisan Kultum.

\n\n\n\n

Untuk agenda terakhir (Lomba Penulisan Kultum), saya jadi ingat satu agenda Bawaslu Ternate pada tahun 2018, yang menggelar kompetisi Majalah Dinding (Mading) Demokrasi, yang pesertanya adalah pelajar SMA/SMK/MA. Bagi saya, ini agenda penting yang memberi ruang kompetisi sehat kepada para pemilih pemula untuk terlibat berpartisipasi membangun peradaban demokrasi berkualitas. Tentu banyak ide-ide jernih bermunculan tak terduga, dari pikiran-pikiran brilian pasukan putih abu-abu ini.

\n\n\n\n

Geliat publikasi Bawaslu Sleman juga begitu massif. Selama 2020, mereka sukses memproduksi buletin “Zona Integritas” sebanyak 3 kali, membangun koneksi informasi dengan 48 jurnalis di grup Whastapp yang diinisiasi mereka. Website Bawaslu Sleman juga berfungsi dengan optimal, sepanjang tahun 2020 dikunjungi oleh 5.510 pengunjung, pun begitu dengan akun medsos yang dipunyai Bawaslu Sleman turut mewarnai dinamika informasi dan upaya pencegahan terhadap potensi pelanggaran pada Pilkada Sleman 2020. (Twitter 165 materi, Facebook 94, Instagram 117 dan Youtube 38 video). Bawaslu Sleman bahkan mendapatkan apresiasi dari Komisi Informasi Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai peringkat kedua badan publik kualifikasi “Menuju Informatif”.

\n\n\n\n

Limpahan upaya diatas menunjukkan pilihan preventif masih merupakan langkah efektif yang terus digelorakan Bawaslu Sleman. Kita semua selalu percaya, bahwa tidak cukup mengawasi dengan mata dan telinga, mesti pula ditopang dengan isi kepala.  “Mengawasi dengan kecerdasan adalah cara paling mungkin untuk menjawab problem keterbatasan sumber daya ditengah halaman besar Pilkada dengan dinamika persoalan yang tak henti berderu dan menggema” (Notes From Ternate : 2021).

\n\n\n\n

Sungguh dalam penyelaman ini saya menemukan banyak mutiara yang berkilau, sinarnya telah memberikan inspirasi. Meski begitu, saya menyadari bahwa terlalu banyak memuji juga akan berdampak pada banyaknya ujian bagi kawan-kawan Bawaslu Sleman, sebagaimana pujian itu sejatinya adalah sebuah ujian.

\n\n\n\n

Ada beberapa titik yang mungkin saja perlu pendalaman dengan ceritra-ceritra yang lebih luas agar menjadi pembelajaran bersama. Kesatu, mengenai potensi penyalahgunaan kekuasaan, juga mobilisasi ASN untuk mendukung paslon tertentu. Sebagaimana kita ketahui, Pilkada Sleman 2020 diikuti oleh dua Calon Bupati yang berstatus incumbent (Hj. Sri Muslimatun/ Wakil Bupati Sleman 2016-2021) dan family incumbent (Hj. Kustini Sri Purnomo, Istri Bupati Sleman). Kedua, perihal potensi diskriminasi, karena dari tiga Calon Bupati ini, terdiri atas satu orang laki-laki dan dua perempuan.

\n\n\n\n

Catatan saya pada poin ketiga adalah tentang sikap Bawaslu Sleman men-DKPP-kan mitra penyelenggara (KPU Sleman). Bagaimana tantangan yang dihadapi selama proses berlangsung dan apa saja cara Bawaslu Sleman memupuk konsistensi penegakan hukum tersebut. Poin keempat, terkait tidak adanya gugatan PHP paska rekapituasi suara Pilkada Sleman. Di banyak tempat, paslon yang kalah selalu mengambil jatah untuk menggugat ke MK, tetapi di Sleman kisah itu tak pernah terjadi. Bagaimana kebijaksanaan dan kejernihan pikiran itu bisa menghampar ditengah praktek politik yang “selalu memanfaatkan segala cara untuk meraih kepentingan”, bagaimana peran Bawaslu Sleman dalam menciptakan kondisi “sehat berdemokrasi” tersebut.

\n\n\n\n

Terakhir, saya ucapkan selamat untuk kawan-kawan Sleman. Buku ini telah menjadi bukti bahwa kawan-kawan merupakan insan pengawas pemilu yang sadar dan sabar. Sadar karena telah memilih mewariskan spirit pencerahan bagi publik, dan sabar karena telah meramu serpihan-serpihan gagasan dari banyak kepala itu menjadi sebuah buku yang hebat. Sekali lagi, selamat..!!. [**]

\n